Minggu, 12 Januari 2014

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SD



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara mikro, harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih dapat memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang saat ini menjadi fokus pembaruan pendidikan di Indonesia terutama dalam pelajaran bahasa Indonesia. Karena bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada pada dirinya.(KTSP 2006).
Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit.
Meskipun keterampilan menulis itu sulit, tetapi perannannya dalam kehidupan manusia sangat penting dalam masyarakat sepanjang zaman. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa kehidupan manusia hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menulis.Bahkan, Tarigan (1992:44) menyatakan bahwa indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu.
Kenyataan di atas mengharuskan pengajaran menulis digalakkan sedini mungkin. Tidak mengherankan jika dalam kurikulum Sekolah Dasar sampai dengan perguruan tinggi, pengajaran menulis menjadi aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang mendapat porsi lebih besar daripada keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini terlihat pada banyaknya porsi keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, yakni sekitar 70 persen.
Akan tetapi, disayangkan, kenyataan dewasa ini pembelajaran menulis termasuk di SD belum menggembirakan.Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah karena metode pengajaran menulis kurang efektif.Banyak kalangan menilai pengajaran menulis dewasa ini sangat terlantar.
Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis.Namun, diakui bahwa peranan guru sangat menentukan.Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.
Kenyataannya, dewasa ini pendekatan yang digunakan dalam pengajaran keterampilan menulis yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional yakni mengajar siswa secara langsung dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu.Siswa disuruh mengembangkan kerangka, dan sebagainya dengan penekanan pada hasil tulisan.Strategi semacam ini menjadi kendala bagi pengembangan keterampilan menulis siswa.Hal tersebut diakibatkan karena siswa tidak terbiasa mengkaji secara langsung permasalahan yang hendak ditulis.Akibatnya, siswa terbentur dalam menuliskan materi yang ada dalam pikirannya.Padahal, pada hakikatnya, kemampuan menulis siswa sangat bergantung kepada penguasaan hal yang hendak ditulis.
Berdasarkan uraian di atas, maka guru harus kreatif dalam memilih strategi pembelajaran menulis, tidak terpaku dengan minimnya waktu yang disediakan dan tuntutan target kurikulum. Akan tetapi, harus sejalan dengan tujuan pembelajaran menulis, yaitu agar siswa terampil mengkomunikasikan idenya secara tertulis melalui suatu proses menyeluruh yang bermakna, yang tentunya membutuhkan suatu proses latihan yang memadai dan kontinyu.
Bagi banyak siswa, kegiatan menulis seperti mengarang atau menulis petunjuk membuat sesuatu dikatakan merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan. Hasil dari observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 November 2011 Dalam pembelajaranbahasa Indonesia pada materi menjelaskan petunjuk cara membuat sesuatu dikelas IV SDN Corenda Kecamatan Cisitu, dapat dikatakan hampir tidak ada siswa yang bertanya. Kalau tidak ditunjuk, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan, baik pertanyaan dari siswa lain, maupun guru. Memberikan komentar atas bahan ajar yang sedang dipelajari pun sama saja, harus ditunjuk. Kelas terkesan mati karena tidak terjadi interaksi seperti yang seharusnya terjadi yaitu ada interaksi dua arah antara guru dengan siswa ataupun sebaliknya. Guru aktif menerangkan, dan siswa hanya mendengarkan bahan yang diajarkan. Padahal keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi juga oleh keaktifan para siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut.
Terlihat dari data awal tes hasil belajar menulis petunjuk cara membuat sesuatu dari jumlah siswa 17 orang terdapat 43% siswa yang mampu menulis petunjuk dengan kalimat yang runtut dan 55% dari keseluruhan siswa dapat menulis petunjuk dengan urutan yang tepat, nilai rata-rata kelas pada pembelajaran tersebut adalah 49, masih jauh dengan KKM yang ditentukan yaitu 65. Hanya 5 orang atau sekitar 30% siswa yang tuntas dalam pembelajaran tersebut dan 70% atau 12 orang siswa sisanya masih belum tuntas dalam pembelajaran tersebut.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis siswa di kelas IV SDN Corenda Kecamatan Cisitu pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis petunjuk cara membuat sesuatu diantaranya adalah:
1.      Rendahnya penguasaan kosakata, kesulitan dalam menyusun kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat, dan ketidakmampuannya mengembangkan gagasan.
2.      Sebagian besar siswa tidak bisa menuliskan langkah-langkah menulis petunjuk membuat sesuatu secara berurutan.
3.      Dalam proses pembelajaran hanya berpusat pada guru artinya siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran guru menjelaskan materi tidak menggunakan metode yang bervariasi sehingga membuat siswa kurang tertarik untuk belajar.
Pada kesempatan lain ditanyakan alasan pada guru tentang penggunaan metode dan media pembelajaran. Menurut pendapat guru, keterbatasan sarana dan prasarana yang kurang memadai menjadi penyebab tidak digunakannya media dalam pembelajaran.Teknik pembelajaran hanya dilakukan secara klasikal. Menurutnya, pembelajaran dengan menggunakan teknik kerja kelompok akan membuat siswa ribut dan kelas menjadi gaduh.
Secara keseluruhan berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara awal  dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran berpusat pada guru, guru hanya mentransfer informasi pada siswa, siswa tidak terlibat secara aktif sehingga terlihat siswa tidak termotivasi dan pembelajaraan kurang menarik perhatian siswa.
Setelah menganalisis faktor penyebab kekurangberhasilan siswa tersebut maka diperlukan suatu upaya untuk mengatasinya. Dalam hal ini akan digunakan suatu media dan model pembelajaran yang diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Media dan Model yang akan diterapkan yaitu media yang dapat menarik minat siswa untuk belajar dan model pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sesuai pengalaman nyata, sehingga siswa dapat menulis petunjuk cara membuat sesuatu dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat, maka secara tidak langsung melatih kemampuan menulisnya.
Upaya yang akandilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan berempat dengan media audio visual, sedangkan metode  penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas.
Model kooperatif tipe berpikir berpasangan berempat didasari oleh pertimbangan yang berkaitan dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh aliran konstruktivisme (Rosalin. 2008: 5), yang menyatakan bahwa;
belajar bukanlah sekedar menghafal, melainkan proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pemahaman, pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain karena setiap orang mempunyai skema tersendiri tentang apa yang diketahuinya.

Peneliti juga melihat bahwa pendidikan yang berlangsung dewasa ini padaumumnya masih menerapkan orientasi pembelajaran lama, yang memperlihatkan belum adanya peran aktif siswa dalam pembelajaran. Guru lebihberperan sebagai subyek pembelajaran (pembelajaran berpusat pada guru),sedangkan siswa sebagai obyek, serta pembelajaran tidak mengaitkan materi yang dipelajari dengankehidupan sehari-hari siswa.
Atas dasar hal tersebutlah sehingga pada akhirnya dalam penelitian ini penulis mencoba untuk lebih memberdayakan kemampuan siswa, melalui pola interaksi secara intens, baik dengan materi, guru, maupun dengan temannya.
Dengan penerapan model kooperatif tipe berpikir berpasangan berempatdalam pembelajaran menulis petunjuk, diharapkan juga dapat melatih kemampuan interaksi sosial siswa. Sehingga pembelajaran yang berlangsung benar-benar bermakna.
Media audiovisual merupakan media yang memiliki kemampuan suara, gambar, garis dan symbol seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide. Media yang akan digunakan dalam pembelajaran ini adalah berupa rekaman video tentang lingkungan yang berada disekitar tempat tinggal siswa.
Beranjak dari uraian yang telah dijelaskan di atas, peneliti membuat suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Berpikir Berpasangan Berempat dengan Media Audio Visual dalam Menulis Petunjuk Pada Siswa Kelas IV SDN Corenda Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang”.
..................................................................................................................................................... ANDA BUTUH BANTUAN MENULIS PTK? HUBUNGI PENGELOLA BLOG